wartakita.net – Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan menilai dibukanya kembali keran ekspor pasir laut oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) setelah 20 tahun, patut dicurigai oleh publik adanya rente ekonomi yang melatarbelakangi hal ini.
“Publik patut mencurigai, kebijakan buka keran ekspor pasir laut ini berlatar belakang rente ekonomi, yang menguntungkan segelintir oligarki dengan merusak ekosistem laut,” kata Anthony dalam keterangan yang diterima di Jakarta, dikutip Selasa (17/9/2024).
Pengerukan pasir laut untuk ekspor dengan alasan mengendalikan dan membersihkan sedimentasi di laut, ucap dia, tidak dapat diterima sama sekali. “Alasan ini jelas hanya akal-akalan Jokowi dan para antek oligarkinya, demi meraup untung miliaran dolar, tanpa peduli kerusakan ekosistem dan lingkungan hidup laut,” ujarnya.
Ia pun membeberkan alasannya, pertama, di pengujung pemerintahannya, Presiden Jokowi seharusnya tidak boleh mengambil kebijakan strategis dan kontroversial, seperti ekspor pasir laut yang menguntungkan pihak lain atau korporasi, dan secara nyata merusak lingkungan hidup.
Anthony menduga Jokowi secara terang-terangan telah menyalahgunakan kewenangannya dengan tujuan menguntungkan pihak lain atau korporasi. “Untuk itu kalau terbukti, Jokowi dapat dipidana, seperti bunyi Pasal 3 UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor),” ungkap dia.
Anthony juga mempertanyakan mengapa Presiden Jokowi nekat menjadi ‘beking’ para oligarki di penghujung kekuasaannya, yang seharusnya sudah masuk tahap demisioner mengingat sudah ada presiden terpilih, yang akan dilantik pada 20 Oktober mendatang.
“Kenekatan Jokowi menjelang lengser, patut diduga, Jokowi juga menerima manfaat ekonomi dari kebijakannya yang sangat kontroversial tersebut, yang merusak ekosistem laut dan menguntungkan para oligarki,” tutur Anthony.
Alasan kedua lanjut dia, kalau memang pemberian izin ekspor pasir laut untuk pembersihan sedimentasi laut, maka Presiden Jokowi seharusnya menugaskan BUMN atau pemerintah daerah yang berwenang, di sepanjang jalur pembersihan sedimentasi laut tersebut untuk melakukan pembersihan sedimentasi di maksud.
“Bukan sebaliknya, Jokowi malah memberi payung hukum pengelolaan sedimentasi laut dan izin ekspor pasir laut kepada swasta, dengan keuntungan jutaan sampai miliaran dolar,” kata dia.
“Oleh karena itu, alasan pembersihan sedimentasi laut yang diserahkan kepada swasta ini secara telanjang mata merupakan alasan mengada-ada, dan merupakan bentuk penyalahgunaan wewenang yang menguntungkan pihak lain, dan merugikan keuangan negara,” ucapnya menambahkan.
Oleh karena itu, kebijakan ini tentu seyogyanya mendapat perlawanan keras dari masyarakat, dengan melaporkan Jokowi kepada KPK atas dugaan telah melakukan pelanggaran Pasal 3 UU Tipikor seperti yang dimaksud di atas.
Leave a Reply